Selasa, 15 Februari 2011

Endah n Rhesa ( Look what we've Found ) 2010


Pada Look What We’ve Found, ada perubahan cukup signifikan dibanding album terdahulu. Musiknya terasa lebih ceria dan dinamis. Simaklah trek pembuka bertempo cepat “Monkey Song” serta kocokan gitar energik pada lagu “Remember Me”, cocok dijadikan suplemen mood untuk mengawali hari. Terdapat pula olahan aneka pola ritmis beat Afrika yang mirip reggae dalam “Kou Kou the Fisherman”, “Tuimbe (Let’s Sing)”, dan nomor enigmatis “Mirror Spell”.
Tampak jelas pengaruh Bela Fleck & The Flecktones waktu menyimak “Waiting” lewat permainan guitalele Rhesa. Meskipun sebagian besar berdetak cepat, ada sebuah lagu yang mengalun dalam garapan harmonisasi vokal, “The King”. Endah pun menampilkan nyanyian lirih pada trek “It’s Gone”.
Suara renyah pun jentikan gitar folk akustik Endah didukung betotan bas Rhesa adalah kekuatan album ini, yang memuat sepuluh lagu bersyair Inggris.



Minggu, 13 Februari 2011

Poke Download : Embryonic Anomaly 2010 (Rings of Saturn)


Mendengarkan Embryonic anomaly-nya Rings of Saturn seakan membawa kita ke dunia yang lebih cepat, furturistik, namun masih tetap gahar. Ini adalah Album Full length pertama band yang dibentuk di California pada 2009 ini. Album yang berisi 9 nomor cadas karya Lucas Mann (Gitar), Brent silleto (Drum) dan Peter pawlaks (vokal) ini sangat layak didengarkan kali para metal head..so silahkan download dan nikmati...
  1. Abducted
  2. Annihilating The Pure
  3. Corpses Thrown Across The Sky
  4. Embryonic Anomaly
  5. End Of Humanity
  6. Final Abhorrent Dream
  7. Grinding Of Internal Organs
  8. Invasion
  9. Seized And Devoured
Sabtu, 12 Februari 2011

poke download : everything happens for a reason (hollywood nobody)

Lima tahun berkecimpung di dunia musik, Hollywood Nobody akhirnya merilis album full perdananya. 'Everything Happen for a Reason' patut menemani hari-hari Anda.

Album dibuka dengan single singkat berdurasi 1.48 menit, 'Harmony is D Minor'. Tembang manis perkenalan dari band asal Bandung tersebut, 'Secret Nobody Knows' bisa jadi memang akan menjadi rahasia yang dibagi untuk Anda. Dengan iringan string dan gitar akustik, lagu ini sangat memanjakan telinga.

Single perdana mereka, 'Telescope' terdengar catchy dengan nuansa groove. Denting piano di lagu ini menambah nuansa tersendiri. Beberapa instrumen ikut ditambahkan untuk melengkapi suasana.

Mereka juga menggarap ulang lagu The Cardigans bertajuk 'Love Song'. Dengan nuansa bossanova, Hollywood Nobody menghadirkan rasa baru untuk lagu tersebut.

Track-track lain di album ini juga pantas untuk disimak. Sebut saja 'The Boy and a Guitar' juga 'I Write This Song for You' dengan lirik yang bercerita.

Semua lagu di ''Everything Happen for a Reason' ditulis dalam bahasa Inggris. Dian (vokal), Romy (gitar), Irma (kibord), Dendi (bass) dan Lutfi (drum) tampaknya lebih lugas mengungkapkan kisah mereka lewat bahasa Inggris.

Pemilihan kata-kata untuk lirik lagu mereka patut diacungi jempol. Tentu saja semua terjadi untuk sebuah alasan, seperti judul album mereka. Apa alasan itu? Coba simak sendiri, mungkin Anda akan merasakannya sendiri.

Tracklist album 'Everything Happen for a Reason' Hollywood Nobody:


  1. Harmony is D Minor
  2. Ballad of a Hero
  3. Betrayal
  4. Secret Nobody Knows
  5. Into Hate
  6. Love Me
  7. I'll Still Leave
  8. Telescope
  9. Theories
  10. Love Song
  11. The Boy and a Guitar
  12. Woe to You, Lover
  13. I Write This Song for You
  14. No Existence Could be Harder

DOWNLOAD DISINI
Jumat, 11 Februari 2011

Poke Download : Flight 666 (2009)

 
Dokumenter ini secara detil menceritakan tur band ini pada tahun 2008, yang mengetengahkan kedekatan kehidupan mereka dan profil para rocker. Dalam 45 hari, grup band ini keliling Asia, Australia, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah. Tur mereka yang menggunakan pesawat jet sewaan ini dikomandani penyanyinya Bruce Dickinson. Dikutip dari kerrang.com, Dickinson mengatakan “Flight 666” merupakan secuil kisah kehidupan band rock. “Kami tidak pernah memberikan akses terhadap siapa saja dan kini kami memberi akses kepada siapa saja.”

Pada 18 April 2010, Flight 666 mendapatkan anugerah Music DVD Of The Year dari Juno Awards, Grammy Awards versi Canada. Ini mungkin tak terlalu mengejutkan mengingat ‘reputasi’ film ini yang sangat mengagumkan. Sejak dilepas ke pasaran, film ini berhasil merebut hati para kritikus sekaligus menduduki posisi terhormat di berbagai chart di seluruh dunia.


(Download Flight 666 Part 1) (Download Flight 666 Part 2)

Keterangan :
a) Pastikan file extension tidak di-hidden
Tools -> Folder Options -> [Tab]View -> Kotak "Hide extensions for known file types" tidak dicentang.
b) Taruh kedua file (part 1 dan 2) dalam satu folder yang sama, katakanlah dalam folder "abc".
c) Hapus ekstensi ".rar" dari nama kedua file tsb.
d) Jalankan Hjsplit, pilih join -> folder abc lalu pilih file yang pertama (file dengan ekstensi .001)
e) Mulai proses penggabungan.

"IT MIGHT GET LOUD" (2009)

"IT MIGHT GET LOUD" diproduksi taon 2008.

Film semi dokumenter ini mempertemukan musisi dari 3 generasi: Jimmy Page (Led Zeppelin), The Edge (U2) dan Jack White (The white Stripes) yang diakui sebagai musisi muda jenius jaman ini.

3 musisi ini berbagi ilmu dan cerita tentang teknik, instrumen elektrik, dan karir musik mereka. Jimmy Page dan The Edge suka banget ngulik piranti2 teknologi baru untuk menghasilkan bunyi2 aneh dan Jack White malah demennya sama bunyi instrumen tanpa efek.

Dan akhir film ditutup dengan kolaborasi 3 musisi ini (Jimmy Page ngga bisa nyanyi...hehehe)

Wajib tonton buat para gitaris, bakal gitaris atau yang hobi maen gitar dan suka musik rock.

(Download It Might Get Loud) (Download Subtitle)
Kamis, 10 Februari 2011

Poke Download : School of Rock (2003)

School of Rock berkisah Dewey Finn (Black Jack), gitaris yang menjadi pengangguran setelah dikeluarkan dari grup band rock-nya. Karena terdesak akan kebutuhan hidupnya, Dewey akhirnya menerima tawaran menjadi guru SD di sekolah bergengsi Horace Green. Posisi itu didapatkannya setelah ia mengaku sebagai Ned Schneebly.

Pada awalnya Dewey merasa bingung apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara mengajar di kelas tersebut dengan tradisi kelas yang sangat formal dan dengan pertanyaan kritis dan lugu murid-muridnya. Di hadapan para muridnya tersebut, Dewey mencoba dengan cara mengajar sesuka hati, dan dia benar-benar dibuat mati gaya.

Dewey kemudian mendapat ide untuk membentuk sebuah band Rock bersama murid-muridnya. Ia membuat projek band rock sebagai tugas sekolah untuk mengikuti festival musik Rock “Battle of The Bands”. Dewey menjalankan rencana aksinya dengan mengatur posisi sesuai minat dan bakat anak. Ternyata rencana itu tidak semudah yang ia bayangkan. Dewey harus merayu para muridnya untuk mau mengikuti keinginannya tersebut. Dewey juga harus memikirkan beberapa muridnya yang tidak memiliki bakat musik supaya dapat tempat di dalam projek tersebut. Dewey akhirnya berhasil membentuk kerjasama di antara murid-muridnya sesuai peran masing-masing. Interaksi berlangsung dalam suasana yang dinamis dan demokratis. Tidak ada jarak antara guru dan murid. Dewey juga memperkenalkan kepada murid-muridnya sejarah musik rock dengan memperkenalkan grup dan tokoh band legendaris seperti Led Zeppelin, Jimi Hendrix, dan Black Sabath. Akhirnya project band tersebut diberi julukan “School of Rock” dari para muridnya.

Bagaimana perjuangan School of Rock selanjutnya??? Mampukah mereka memenangkan festival musik Rock “Battle of The Bands”??? 
Rabu, 09 Februari 2011

Poke Download : The Book of Eli

Pasca perang besar yang berkecamuk, dunia dilanda kehancuran total. Di mana-mana yang ada hanyalah puing-puing bekas gedung-gedung dan manusia terpaksa harus kembali ke awal peradaban untuk kembali membangun peradaban yang telah mereka hancurkan sendiri ini. Salah satu dari beberapa orang yang berhasil selamat dari perang adalah Eli (Denzel Washington).

Kehilangan semua yang ia miliki, Eli kemudian menjadi pengembara dari satu tempat ke tempat yang lain hanya untuk bertahan hidup. Suatu ketika, Eli yang sedang dalam perjalanan mendapati bahwa baterai iPod-nya kehabisan daya. Tak jauh dari tempat Eli, ada sebuah kota yang ternyata dikuasai oleh Carnegie (Gary Oldman).

Eli awalnya hanya bermaksud singgah sebentar saja di kota itu untuk mengisi ulang baterai iPod-nya dan melanjutkan perjalanannya. Sayangnya di luar pengetahuan Eli, ada sesuatu dari dirinya yang ingin dimiliki oleh Carnegie yang menguasai kota itu. Konon, Eli membawa sebuah buku yang menjadi kunci mengembalikan peradaban yang telah hancur lebur oleh perang itu. Carnegie bermaksud mendapatkan buku itu untuk kepentingannya sendiri dan ia bukan termasuk orang yang bisa menerima kata 'tidak'. (Download The Book of Eli) (Download Subtitle)



Trailer :

Selasa, 08 Februari 2011

Dalih Pembunuhan Massal ( John Roosa)

Apa yang membuat buku Roosa sangat menarik dalam pandangan saya adalah penemuan bukti-bukti baru tentang berbagai hal menyangkut Gerakan 30 September (G-30-S) dan sekalian analisis mengenainya, rekonstruksi alternatif atas kejadian G-30-S ala Roosa, serta kearifan yang dikandung oleh buku itu.

“Dalih Pembunuhan Massal”, berbeda dengan buku-buku dengan tema sejenis, tidak serta-merta mengarahkan jari telunjuk kepada pihak-pihak tertentu sebagai dalang G-30-S. Entah itu PKI, Suharto dan komplotan Angkatan Darat-nya, Soekarno, maupun CIA. Roosa agaknya memulai riset untuk bukunya ini dengan pikiran naif dan rasa penasaran yang membuncah. Emm, sebenarnya Roosa (memang) tidak senaif itu dan naskahnya pun tidak sedingin layaknya naskah penelitian yang berjuang sekuat tenaga untuk menjunjung tinggi value free, namun Roosa sedikitnya sengaja –buah dari sikap hati-hatinya- untuk mencermati dan mencerna berbagai bukti baru guna mengkaji apa yang sebenarnya terjadi dalam G-30-S. Oleh karena itu, meski Roosa tampak memiliki tendensi untuk membela PKI –sebagai wacana tandingan terhadap propaganda Orde Baru, Roosa tetap memperlakukan aktor-aktor lain dengan fair dan berimbang. Hal inilah, menurut saya, salah satu keunggulan buku ini.

Selain perlakukan Roosa terhadap bukti, saya pikir kesimpulan buku ini pun cemerlang dan menunjukkan kapabilitas Roosa sebagai sejarawan mumpuni. Roosa tidak menganalisis pelaku/aktor G30S dengan “sekali pukul dan ketahuan, setelah itu selesai.”

“Kelemahan penyelidikan-penyelidikan tentang G-30-S terdahulu terletak pada titik tolak mereka: dugaan bahwa pasti ada dalang di balik gerakan itu. Menurut hemat saya tidak ada ‘otak’ yang utama, apakah ia berupa tokoh, ataukah suatu gugus rapat orang-orang yang terorganisasi mengikuti pembagian kerja serta hierarki kewenangan yang jelas. G-30-S menjadi bersifat misterius justru karena tidak adanya pusat pengambilan keputusan yang tunggal.” 

Maksudnya, Roosa mendasarkan analisisnya terhadap sejauh mana para aktor itu berkontribusi terhadap G-30-S, di dalamnya juga termasuk pembatasan mengenai hal-hal apa saja yang sebenarnya tidak termasuk kontribusi para aktor tertentu dalam peristiwa G-30-S. Hal inilah yang membuat saya sangat menyukai buku ini. Roosa secara terang-terangan menolak propaganda Angkatan Darat bahwa PKI merupakan aktor utama G-30-S. Roosa menulis bahwa bukti-bukti baru, yaitu dokumen Supardjo, uraian tanggung jawab Sudisman, dan wawancara dengan mantan petinggi PKI bernama samaran “Hasan,” justru tidak menunjukkan demikian. Unsur PKI yang terlibat dalam G-30-S hanya terbatas kepada D.N. Aidit, Syam (Kamaruzaman), dan Biro Khusus. Ketiganya tidak bisa langsung dijadikan sebagai representasi kehendak PKI untuk turut serta dalam G-30-S. Fakta ini sangat memengaruhi kesimpulan Roosa untuk menyatakan bahwa pemberangusan terhadap PKI pada masa pasca-G-30-S yang dilakukan oleh Angkatan Darat, sebagai hasil dari kesimpulan prematur dan propaganda bahwa PKI adalah dalang utama, itu tidak dapat dibenarkan dari sudut pandang manapun. Dengan kata lain, Angkatan Darat –dalam ungkapan yang sangat halus- telah bertindak tidak proporsional terhadap PKI: pembunuhan beratus ribu –angka pasti belum diketahui- petani, buruh, guru, dan aktivis PKI tentu sangat tidak sepadan dengan kematian tujuh perwira tinggi Angkatan Darat, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan hasrat busuk Suharto dan Angkatan Darat untuk berkuasa.

Pada tataran yang lain, Roosa menunjukkan hal yang lebih menarik, yakni kelihaian dan kecerdikan Suharto beserta eksponen Angkatan Darat-nya yang berafiliasi dengan CIA, dalam memanfaatkan G-30-S. Menurut Roosa, Angkatan Darat memang tengah menantikan suatu peristiwa bombastis berkaitan dengan upaya pendongkelan Presiden Sukarno, maupun peristiwa berskala cukup besar lainnya yang memiliki intensi untuk merebut kekuasaan negara. Tujuan mereka, tentu saja, untuk menghancurkan PKI sebagai musuh politik Angkatan Darat dan menjatuhkan Sukarno karena dinilai terlalu dekat dengan PKI sehingga mengancam Angkatan Darat serta kepentingan Amerika Serikat. Angkatan Darat memiliki harapan besar bahwa sekali peristiwa semacam itu terjadi, PKI-lah yang akan didiskreditkan. Bahkan, berdasarkan bukti data-data CIA yang telah dideklasifikasikan, Roosa menulis bahwa Angkatan Darat sengaja menghembuskan isu dan berbagai upaya lain guna memancing PKI melakukan semacam upaya pendongkelan kekuasaan negara. Salah satu manifestasi strategi busuk Angkatan Darat ini adalah isu Dewan Jenderal akan melakukan kudeta. Angkatan Darat menginginkan PKI, khususnya pada tingkat Politbiro dan Komite Sentral, untuk berpikir bahwa apabila Dewan Jenderal berhasil melakukan kudeta maka PKI akan dihancurkan. Unfortunately, Aidit, Syam, dan Biro Khusus termakan perangkap Angkatan Darat ini. Dalam ungkapan Roosa, Aidit, Syam dan Biro Khusus, serta para perwira pro-PKI ini memilih, “rencana mendahului,” kudeta rancangan Dewan Jenderal tersebut. Hal ini pada akhirnya berujung kepada kegagalan G-30-S dan pemenuhan dalih yang dibutuhkan oleh Angkatan Darat untuk menggasak PKI.

Di samping kelebihan dan keunggulan buku Roosa yang telah dijelaskan di atas, “Dalih Pembunuhan Massal” pun tentu memiliki kekurangan. Menurut saya, sedikitnya ada satu kekurangan dan satu saran yang dapat dialamatkan kepada buku tersebut. Untuk kelemahan, saya berpikir Roosa terlalu mengecilkan arti pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat. Memang meski PRRI/Permesta dan peristiwa-peristiwa lain memiliki intensitas dan skala ancaman yang lebih besar, peristiwa pembunuhan ini agaknya harus dilihat lebih bijaksana. Bagaimanapun, pembunuhan ini tentu turut mendorong semangat para perwira Angkatan Darat dalam spektruk politik Kanan untuk benar-benar mengganyang eksponen G-30-S. Andaikata G-30-S tidak gegabah dengan membunuh para jenderal dan bertindak sesuai dengan rencana semula, yakni menghadapkan “Dewan Jenderal” ke Presiden Sukarno, Suharto dan Angkatan Darat tentu tidak memiliki dalih yang terlalu besar untuk benar-benar menghancurkan G-30-S, sekaligus dengan PKI yang dituduh sebagai dalang utama. Apabila para jenderal itu tidak terbunuh, mungkin Presiden Sukarno akan memberikan restu kepada G-30-S dan memenuhi keinginan PKI tentang reorganisasi susunan kabinet. Dalam tahap ini, saya pikir keadaan terbunuh/tidak terbunuhnya para jenderal turut menentukan jalan cerita G-30-S.





Senin, 07 Februari 2011

Poke Download : Vakansi (White Shoes and The Couples Company)

Tahun untuk White Shoes & The Couples Company (WSATCC) bukanlah waktu yang dirasa sebentar untuk melangkah sejauh ini. Menghadirkan 3 album setelah sebelumnya mengeluarkan album pertama di tahun 2005 dan mini album Skenario Masa Muda di tahun 2008 lalu, kini WSATCC siap menebar virus album terbarunya yang bertajuk "Album Vakansi".

Beranggotakan Aprilia Apsari (vokal), Rio Farabi (gitar akustik, vokal latar), Saleh Husein (gitar elektrik, vokal latar), Ricky Surya Virgana (bass, cello, vokal latar), Aprimela Prawidyanti (keyoboards, piano, viola, vokal latar) dan John Navid (drum, perkusi), WSATCC akan mengiris telinga rilekser semua dengan lantunan lirik-lirik mempesona ala Aprilia Apsari dkk.

"Rasanya baru kemarin kami masih duduk berkumpul memainkan lagu-lagu kami menumpang di kelas jurusan musik hanya dengan piano dan gitar akustik bahkan kadang di tengah sebuah studio yang belepotan tanah liat, kadang ditemani bau cat minyak atau bau M3 (pelumat tinta sablon). Semua yang berlalu selama lebih kurang 8 tahun ini tidak terasa dilewati, kadang bahkan ada memori-memori manis yang terlupa." ujar sang vokalis dalam rilisnya kepada rileks.com beberapa waktu lalu.

Bertempat di Galeri Foto Antara, Jl. Antara no. 9, Pasar Baru, Jakarta. WSATCC sukses berat membuat para penggemar dan wartawan yang hadir berdecak kagum akan album yang menggandeng musisi-musisi legendaris seperti Fariz RM, Riza Arshad dan gitaris jazz, Oele Pattiselanno itu.

Seperti diketahui, Album Vakansi adalah Koper, Catatan Harian atau Kotak Memori dari pengalaman melalui hari-hari bersama White Shoes & The Couples Company. Catatan pergi ketempat-tempat baru, mengalami hal-hal baru serta rangkaian cerita lainnya yang dialami oleh anak-anak muda WSATCC yang mengobarkan semangat tinggi dan selalu mengutamakan  kekuatan semangat muda.

Penasaran seperti apa isi dari kekuatan "Album Vakansi" nya WSATCC? silahkan langsung aja meluncur ke toko-toko kesayangan kamu!

WSATCC "Album Vakansi" :

1. Berjalan-jalan
2. Zamrud Khatulistiwa
3. Senja Menggila (Versi 2010)
4. Selangkah Keseberang
5. Rented Room
6. Kampus Kemarau
7. Sans Titre
8. Hacienda
9. Masa Remadja
10. Ye Good Ol’ Days
11. Vakansi
12. Kisah Dari Selatan Jakarta
13. Matahari



DOWNLOAD VAKANSI
Minggu, 06 Februari 2011

Poke Download : All Shall Align 2010 (Archspire)



Hanya satu kata untuk band ini CADAS!!! Tanpa banyak ba bi bu lagi silahkan download dan mulai lah ber headbang!!!

Archspire (All Shall Align 2010) Download DISINI!!!
Sabtu, 05 Februari 2011

Poke Download : Tragicomedy ( Polyester Embassy )

“Tragicomedy” sebuah album yang dirilis tahun 2006 oleh ffwd records dari sebuah band bernama Polyester Embassy asal Bandung. Album itu berisikan 9 lagu, menampilkan suasana ruang angkasa yang menvisualisasikan keabsurdan kehidupan manusia yang manis sekaligus indah. Mendengarkan album ini seperti melihat evolusi manusia dalam wujud lain.


“Orange Is Yellow” yang menembus relung jiwa dengan determinasi gitar di intro lagu yang berdurasi sampai 7 menit ini, Polyester Embassy merebakkan pesan pertamanya akan sebuah musik yang mencoba mengatakan bahwa kesempurnaan itu dapat dicapai. Mereka tidak takut akan suara yang hendak mereka bentuk dan sampaikan. Efek bergema dari alunan gitar mengiringi nada melodis dengan diiringi suara drum dan bas yang menancap pada pikiran kita, membuat lagu ini berfungsi sebagai pesan serius Polyester Embassy, bahwa mereka berusaha yang terbaik buat album ini.

“Blue Flashing Lights” yang diawali dengan raungan gitar seakan hendak merobek keterbatasan alam pikiran kita. Mereka tidak berhenti di situ saja, dengan dilatarbelakangi loop yang menghipnotis, Elang Eby sang vokalis band ini lalu bernyanyi dengan suara yang tidak kalah menghanyutkan dengan suara gitar mereka “Can’t you see, it’s shine on, it’s shine on” terus menerus sepanjang lagu.

Secara tidak sadar kita pun tenggelam dalam pelukan musik mereka.Lagu itu disambung dengan “The Answer Is No” yang juga tidak kalah membahayakan dalam memperkosa panca indera kita. Kita akan menghayal bersama mereka, dibawa terbang ke sebuah perasaan yang sulit untuk dikatakan apa yang sebenarnya kita rasakan. Ini adalah sebuah bentuk lain dari pencapaian keagungan yang tak akan pernah kita raih. “Ruins” memberikan kita ketenangan sejenak, dengan tempo yang relatif lebih lambat dibanding lagu-lagu lainnya di album ini. Di lagu ini Polyester Embassy membalut kita dalam suara melodis musik mereka yang penuh dengan perasaan kegembiraan yang aneh sekaligus menghenyakkan, nyaris berkesan religius. Pejamkan mata kalian dengarkan Elang Eby membisikkan “She turn on the light, she make my day so bright… Then now the light are off I surrounded by inky dark…Will she feed me when I’m drown or she killed me when I’m young, I’m just sit here to catch and take as much as you can throw, don’t you know it’s not so great in here. Wise one comes and than the ruin fall on me”. Lepaskan semua perasaan, dan kalian akan mengerti apa yang dimaksud.Suara bas yang membuka jalan dalam kegalauan seorang mahluk hidup mengawali “Polypanic Rooms”, yang kemudian diisi cepat dengan kombinasi dua suara gitar, seakan hendak menggusur keluar kegalauan itu dari jalan hidup kita. Ini adalah puncak sebuah epik yang ditampilkan Polyester Embassy. Kemegahan tanpa tanding, sampai kita tiba di akhir lagu ini dan berteriak menyambut matahari “I love you like I love the sunrise in the morning”.
Ditutup dengan lantunan damai dalam “Home”, Polyester Embassy menampilkan sebuah bentuk kesempurnaan yang walaupun berbeda spektrum, tidak pernah ditemukan dalam band asal negara ini sejak debut album Pure Saturday. “Tragicomedy” adalah karya sebuah band yang tidak takut untuk memberikan keindahan dalam suara eksperimentasi mereka. 9 lagu yang membentuk album ini, mempunyai potensi untuk menjadi sesuatu yang akan selalu diingat sepanjang masa. “Tragicomedy” adalah langkah pertama di mana sebuah legenda akan terbentuk.

download Album Polyester Embassy

Download Buku : Di Bawah Lentera Merah ( SOE HOK GIE )


 "Karena setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya, karena setiap aksara membuka jendela dunia" begitulah kira-kira lirik pada lagu jangan bakar buku itu yang dinyanyikan Efek Rumah Kaca, jadi nggak ada salahnya kalau kita sedikit belajar pada buku "Dibawah Lentera Merah" 

Di Bawah Lentera Merah adalah buku karangan Soe Hok Gie (yang merupakan skripsi sarjana mudanya) yang menarasikan satu periode krusial dalam sejarah Indonesia yaitu ketika benih-benih gagasan kebangsaan mulai disemaikan, antara lain lewat upaya berorganisasi. Melalui sumber data berupa kliping-kliping koran antara tahun 1917-1920-an dan wawancara autentik yang berhasil dilakukan terhadap tokoh-tokoh sejarah yang masih tersisa, penulisnya mencoba melacak bagaimana bentuk pergerakan Indonesia, apa gagasan substansialnya, serta upaya macam apa yang dilakukan oleh para tokoh Sarekat Islam Semarang pada kurun waktu 1917-an.

Di bawah pimpinan Semaoen, para pendukung Sarekat Islam berasal dari kalangan kaum buruh dan rakyat kecil. Pergantian pengurus itu adalah wujud pertama dari perubahan gerakan Sarekat Islam Semarang dari gerakan kaum menangah menjadi gerakan kaum buruh dan tani. Saat itu menjadi sangat penting artinya bagi sejarah modern Indonesia karena menjadi tonggak kelahiran gerakan kaum Marxis pertama di Indonesia.
Pertimbangan lain mengapa Di Bawah Lentera Merah menjadi penting adalah karena buku ini memotret bagaimana gagasan transformasi modernisasi berproses dari wacana tradisional ke wacana modern. Lebih khusus lagi Soe Hok Gie, melalui buku ini, mengajak kita mencermati bagaimana para tokoh tradisionalis lokal tahun 1917-an mencoba menyikapi perubahan pada abad ke-20 yang dalam satu dan lain hal, punya andil menjadikan wajah bangsa Indonesia seperti sekarang ini. Selain itu yang perlu ditekankan bahwa salah satu sumber buku ini merupakan saksi hidup dari pergerakan tersebut yakni Semaun dan Darsono sendiri. Hal yang menarik dari buku ini diungkapkan oleh Soe Hok Gie bahwa untuk mengetahui pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada 1926/1927 harus diketahui pula asal mula pergerakannya. Karena tanpa mengetahui permulaannya seperti membaca koran dari tengah-tengah. 

Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta tahun 1999, tapi kalian bisa download buku DIBAWAH LENTERA MERAH DISINI
Jumat, 04 Februari 2011

the trees & the wild ( RASUK )

The Trees and The Wild mungkin masih asing di kuping sebagian kalian. Band ini memang terhitung baru. Terbentuk dari pertemanan masing-masing personilnya sejak bangku sekolah. Andra dan Remedy berteman sejak SMA dan pernah membuat proyek akustik bersama ketika kuliah. Sedangkan Iga adalah teman Andra di sebuah band blues, Enterprising John yang juga temannya sejak SMP. Di tahun 2006 mereka mulai mencoba menulis beberapa lagu. Beberapa karya pun tercipta. Dari sanalah perjalanan panjang The Trees and The Wild dimulai. Mereka menawarkan komposisi musik akustik yang sederhana dan ear catching. Mudah dicerna dan cukup minimalis.

‘Honeymoon on Ice’ adalah single pertama dari mereka yang diperkenalkan ke publik dan mendapat apresiasi bagus dari salah satu radio anak muda Ibukota. Lagu paling minimalis ini terinspirasi dari sebuah film karya Michel Gondry yang berjudul “Eternal Sunshine of the Spotless Mind.”

Selain itu, “Lil’fish records”, label milik Agus Sasongko, Media Distorsi tertarik untuk merilis album penuh mereka setelah mendengarkan beberapa lagu The Trees and The Wild via myspace. Dari sana kemudian terjalin kerjasama antar keduanya. Alhasil, bulan Februari 2009 mendatang rilisan penuh pertama dari band ini resmi akan beredar di bawah payung label tersebut. Sebagai informasi “Lil’fish records” sempat menangani album Pure Saturday dan The Morning After.
The Trees and The Wild adalah: Andra B. Kurniawan, Iga Massardi, Remedy Waloni.
 

download album RASUK

Endah n Rhesa ( Nowhere to Go ) 2009

 Endah N Rhesa adalah project musikal yang terbentuk dari akustik gitar, bass dan vokal. Warna yang mereka bentuk dari tiga instrumen ini adalah folk, jazz, blues, rock and roll dan ballads. Mereka berdua dipertemukan di sebuah band yang pada awalnya berkonsep rock pada tahun 2003 awal. Selepas band tersebut di tahun 2004, Endah Widiastuti membangun citranya sebagai seorang solois seperti sebelum ia bergabung dengan band tersebut.

Endah merekam beberapa lagu – lagunya dalam album berjudul “The New Beginning” yang berisi empat lagu dan dijual secara sendiri dengan produksi terbatas. Di satu lagu dalam album tersebut Rhesa menambahkan bass dan menjadi sebuah perpaduan apik antara ketiga instrumen tersebut (vokal, gitar dan bass). Lagu itu berjudul “When you love someone”. Sejak saat itu mereka berdua sering bermain bersama di acara – acara universitas, dan respon yang didapat sangat positif. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk membuat sebuah nama duo yang diambil dari nama mereka sendiri yaitu ENDAH N RHESA.

Endah N Rhesa mendapatkan inspirasi untuk mulai bermain dalam format minimalis akustik justru dari band – band lokal seperti Cozy Street Corner, Bonita, Anda. Endah sendiri terinfluence dengan Alanis Morissete dan Norah Jones dalam bernyanyi. Sedangkan 4 “john” yang berpengaruh terhadap permainan gitarnya adalah John Mayer, John Butler, John Scofield, John Frusciante ditambah dengan Pat Metheny dan Pemain Alat Musik Serba Bisa Warman Nasution dari TOR.

Sedangkan Rhesa Aditya adalah sosok unik yang banyak terinfluence oleh gitar akustik seperti, Jack Johnson, Dave Matthews, James Taylor dan musisi folk ballad lainnya. Les Claypool, Victor Wooten, Flea dan satu orang yang membuatnya bermain bass yaitu mantan penyanyi cilik Bondan Prakoso. Terakhir, influence terbesar mereka dalam menciptakan musik adalah Bela Fleck & The Flecktones yang memberikan nuansa yang kaya akan groove dan harmoni, karena musik mereka terbentuk dari dua unsur itu.

Endah N Rhesa telah menelurkan Nowhere To Go (Versi Lama) ‘2005’ dan Real Life (Rekaman Live mereka di studio) ‘2006’. Keduanya dipasarkan secara sendiri oleh mereka berdua dalam setiap panggungnya. Setelah mengeluarkan album Nowhere To Go (Repackage) yang telah beredar dipasaran, Endah N Rhesa memulai karirnya dalam dunia yang lebih luas lagi. Tutur mereka, Musik yang kami buat adalah musik yang jujur dari dalam hati kami”.

Download album klik DISINI